KAWASAN Jalan Thamrin yang berubah
menjadi danau beberapa waktu lalu, membuat Gubernur DKI Jakarta Jokowi
turun langsung mengecek kondisi gorong-gorong. Hasilnya mencengangkan,
gorong-gorong yang dibangun pada 1970 itu hanya berdiameter 60 cm. Tentu
jauh dari kata ideal.
Kondisi tersebut membuat gorong-gorong
tak mampu menampung debit air di musim penghujan. Wajarlah bila hujan
turun, jalan utama ini mengalami banjir. “Bayangan saya, (luas)
gorong-gorong di DKI bisa untuk main bola,” kata Jokowi pada saat itu.
Selanjutnya Jokowi memaparkan rencana
pembangunan The Deep Tunnel, seperti telah dilakukan Chicago, Singapura,
Hong Kong, Milwaukee, dan Malaysia. Proyek yang rencananya berada
sepanjang jalur MT Haryono-Pluit ini diperkirakan memakan biaya Rp16
triliun.
Akan tetapi nama proyek akan lebih
membumi: Terowongan Multifungsi. Fungsinya nyaris sama dengan The Deep
Tunnel. Tidak hanya mampu menampung debit air hujan, tapi berfungsi
mengatasi masalah limbah bahkan jika memungkinkan akan diolah menjadi
air baku. Hal itu pula yang dilakukan lima negara dengan terowongan
multiguna mereka. Negara mana saja yang sudah memiliki terowongan
multiguna tersebut?
Berikut daftarnya:
1. The Tunnel and Reservoir Plan (TARP) Chicago
Kota Chicago mengalami banyak masalah terkait topografi yang
rendah, beriklim basah, ditambah sebagian besar kota dibangun di atas
rawa. Hal ini membuat banjir menjadi masalah utama.
Danau Michigan tidak efektif menampung
air hujan. Sebaliknya, malah tercemar limbah. Padahal Danau Michigan
adalah sumber pengolahan air baku. Untuk kebutuhan sanitasi dan juga
mengatasi banjir, pemerintah Chicago menggelontorkan proyek rekayasa
sipil terbesar yakni The Tunnel and Reservoir Plan (TARP) atau dikenal
The Deep Tunnel Chicago.
Dengan The Deep Tunnel, air hujan dan limbah yang semula mengalir ke Danau Michigan dialihkan ke waduk sementara.
Konsep ini direkomendasikan pada 1960 dan
dimulai pada pertengahan 1970. Sistem terowongan bawah tanah ini
dibangun 109,4 mil (176 km). Hasilnya, pada 1992, Chicago terhindar dari
banjir akibat luapan Sungai Chicago. Luapan air itu mengalir ke
terowongan bawah tanah yang saat itu masih dalam tahap pembangunan.
2. Deep Tunnel Severage System (DTSS) Singapura
Pemerintah Singapura menganggap pembangunan DTSS merupakan
solusi paling efisien dan hemat biaya untuk memenuhi kebutuhan jangka
panjang soal air. Proyek raksasa DTSS selesai pada 2008.
Dari publikasi resmi pemerintah Singapura, proyek tahap I DTSS meliputi
pembangunan terowongan sepanjang 48 km dari Kranji ke Changi. Reklamasi
lokasi air terpusat di Changi. Lalu membangun pipa laut sepanjang 5 km
untuk pembuangan air dan pipa sepanjang 60 km untuk link. Inti dari DTSS mampu menampung 800 ribu meter kubik atau 320 kolam renang ukuran Olimpiade air.
Air dibuang ke laut melalui pipa pembuangan laut dalam atau disalurkan
ke pabrik NEWater Changi. Selanjutnya, air ini akan dimurnikan melalui
teknologi NEWater. Jadi, DTSS adalah komponen penting dari strategi
pengelolaan air Singapura karena memungkinkan setiap tetes air untuk
dikumpulkan, diolah dan selanjutnya dimurnikan ke NEWater. Dibuka pada
Mei 2010, NEWater yang diperluas hingga tiga pabrik ini kini telah
memenuhi 30 persen kebutuhan air Singapura.
3. HK Deep Tunnel Sewerage
Pemerintah Hong Kong juga telah memulai kontruksi The Deep
Tunnel (HK Deep Tunnel Sewerage) pada 2007-2008. Pekerjaan sangat
menantang ini diharapkan selesai pada 2013-2014.
Mengutip Tunnelsonline, selain membangun
terowongan sepanjang 20 km, juga dibangun fasilitas pengolahan limbah
bawah tanah. Jaringan terowongan yang mendalam dibangun di sisi utara
dan barat Hong Kong Island. Juga dilakukan untuk Pulau Lamma dan lokasi
lainnya yang tergabung dalam sistem di Pulau Stonecutters.
4. Milwaukee’s Deep Tunel System
Milwaukee di AS juga membangun sistem terowongan bawah tanah
sepanjang lebih dari 27,3 km dan menggali sedalam 300 meter. Proyek ini
dinilai sebagai solusi terbaik untuk masalah arus air. Selain juga
menyimpan kelebihan air limbah sampai kemudian diproses di instalasi
pengolahan air.
Pembangunan terowongan multiguna ini
memakan waktu 9 tahun. Seperti dilansir Milwaukeeriverkeeper, terowongan
air tersebut sebenarnya konsep desain sederhana. Namun terowongan
tersebut mampu menampung lebih dari 24,9 juta meter kubik air limbah.
5. Terowong Jalan Raya dan Pengurusan Air Banjir Malaysia
Malaysia membangun gorong-gorong raksasa yang dikenal dengan
Terowong Jalan Raya dan Pengurusan Air Banjir (Stormwater Management and
Road Tunnel/SMART). SMART merupakan pembangunan terpadu, yakni sistem
jalan dan perparitan. Proyek yang terletak di Kuala Lumpur ini merupakan
terowongan pengalihan air terpanjang di Asia Tenggara dan kedua
terpanjang di Asia.
Terowongan tersebut sepanjang 9,7 km,
sedangkan rute untuk kendaraan hanya 3,3 km. Tujuannya adalah
menyelesaikan masalah banjir dan mengurangi kemacetan lalu lintas di
sepanjang Jalan Sungai Besi dan Bridge Loke Yew di Pudu saat jam padat.
Terowongan dimulai dari Danau Kampung
Barembang (dekat dengan Sungai Klang) dan berakhir di Danau Taman Desa
(dekat dengan Sungai Kerayong). Terowongan untuk jalan telah dibuka
khusus untuk lalu lintas kendaraan kecil pada 2007.(Marmi Panti Hidayah)
Sumber :
